“Tidak ada yang baru, kecuali yang telah dilupakan – Marie Antoinette”
Puasa sudah lama diterapkan oleh manusia didunia bahkan sejak jaman nenek moyang Mesir dan Yunani kuno. Pada masa lampau puasa digunakan sebagai alat pengendalian diri manusia dalam praktek religius serta dalam pengobatan atau perawatan kesehatan. Berbagai agama menerapkan puasa untuk menjaga hubungan baik dengan Sang Penciptan baik Agama Yahudi, Agama Budha, Agama Islam dan Nasrani-Katholik maupun Protestan- serta beberapa agama kuno lainnya.
Dalam dunia kedokteran modern, Hippocrates yang hidup 460 – 370 SM sudah menerapkan puasa untuk penyembuhan orang sakit. Hippocrates mengatakan “ Makan ketika Anda sakit, adalah memberi makan penyakit Anda”. Majalah online Oncology Nutrition, menulis bahwa intake glukosa yang tinggi merupakan salah satu faktor yang mempercepat pertumbuhan sel kanker
Saat ini Puasa sudah banyak dipraktekkan untuk menurunkan berat badan atau mencegak obesitas. Ada beberapa tehnik yang dipraktekkan dalam menjalankan puasa dengan tujuan tersebut, yang popular adalah tehnik Intermittent Fasting dengan cara pengaturan kapan mulai makan dalam bahasa inggris disebut breakfast. Apabila di eja maka kata ini berasal dari break dan fast arti nya adalah waktu memberhentikan puasa. Pada dasarnya puasa sudah dijalankan manusia ketika tidur malam. Kata breakfast diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai sarapan padahal asal kata sebenarnya berhubungan dengan puasa-waktu dimana kita memberhentikan puasa.
Intermittent Fasting dipraktekkan dengan cara minimal 14 jam dalam sehari tanpa asupan karbohydrat, bahkan lemak dan protein. Tergantung kebutuhan masing-masing orang maka waktu 14 jam puasa bisa diperpanjang. Dalam pengobatan obesitas dimana seseorang memiliki BB > 100 kg atau bahkan mendekati 150 kg puasa karbohydrat bisa dilakukan sampai waktu 36 jam dengan pemantauan ketat di rumah sakit.
“Contoh penerapan misalnya: bila makan terakhir satu hari sebelumnya pada pukul 19.00 malam maka makan pertama atau breakfast dimulai pada jam 09.00 pagi hari berikutnya, dengan menerapkan contoh di atas maka anda sudah berpuasa 14 jam”. Demikian selanjut nya bila ingin menaikkan jam puasa menjadi 16 jam maka breakfast dilakukan pada jam 11.00.
Apabila tujuan anda ingin menjaga kebugaran atau tidak ingin berat badan naik diatas normal maka IF 14 jam sehari sudah cukup, namun bila ingin menurunkan BB karena overweight maka dibutuhkan 14-16 jam puasa sehari dengan syarat pada waktu makan takaran karbohydtar harus di batasi atau tidak nileh berlebihan serta memilih glukosa non fruktosa Dengan kata lain maka puasa IF bebas diterapkan oleh semua orang berdasarkan keinginan serta tujuan yang ingin di capai.
Tehnik lain adalah dengan mengkombinasikan antara Intermittent Fasting dan Low-Carbohydrate dimana setiap kali makan jenis karbohydrat yang dipilih adalah yang memiliki indeks glikemik rendah, dengan jumlah konsumsi yang sangat sedikit. Sebagai penggantinya maka porsi lemak, protein dan tentunya sayuran serta buah-buahan dapat ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.
Kegagalan muncul karena kita sering merasa lapar saat menjalankan puasa, hal ini terjadi pada “mindset” kita yang sudah terbentuk dimana kadang yang sebenarnya kita rasakan adalah haus tetapi pikiran kita meminta makanan, dengan demikian tubuh yang seharusnya membutuhkan air tetapi kita memberinya karbohidrat atau glukosa.
Muncul pertanyaan apakah saya tidak akan lemas atau kekurangan glukosa saat puasa?
Jawabannnya tidak ! karena dalam keadaan puasa yang panjang pun tubuh masih memiliki deposit sumber kalori dalam lever dan jaringan lemak yang ada dalam perut. Dengan mekanisme homeostasis maka ketika glukaosa darah turun reaksi metabolism dalam badan mulai menggunakan kalori yang sudah tersimpan dalam lever dan lemak perut atau biasa disebut lemak adiposa.
Keberhasilan IF dapat di bantu dengan Self Hypnosis atau meditasi. Karena segala sesuatu yang dibutuhkan tubuh dapat dikendalikan dengan pikiran sadar ataupun alam bawah sadar.
Anda ingin mencoba ? Silahkan
(Sumber : dr. Jon Paat)