Apa itu Perbaikan Ergonomi ?
Dalam pelaksanaan upaya kesehatan kerja, perbaikan Ergonomi merupakan upaya Preventif agar pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan terhindar dari penyakit akibat kerja. Perbaikan dilakukan dengan menyesuaikan tuntutan tugas dengan kemampuan fisik dan mental pekerja serta mengendalikan factor risiko Ergonomi yang bersumber dari pekerjaan. Sebagai contoh, desain mesin, desain work station, posisi duduk, alat bantu tangan, beban angkat angkut di upayakan agar pekerja terhindar dari postur janggal yang menimbulkan gangguan muskuloskletal (trauma kumulatif).
Ergonomi kata ilmu Ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari karakterisitik (kemampuan / kapabilitas, keterbatasan, motivasi dan tujuan) manusia dalam menentukan desain yang tepat bagi lingkungan kerja dan kehidupan pekerjaan sehari – hari.
Ruang Lingkup Ergonomik menurut ILO tidak terbatas pada aspek fisik dan fisiologik, yang mencakupan tropometri, kerja otot, postur kerja, biomekanik, kelelahan umum dan pemulihan kelelahan; namun telah berkembang meluas pada aspek psikologik yang mencakup beban kerja mental, kewaspadaan dan kelelahan mental; dari aspek Organisasi mencakup pengorganisasian pekerjaan, jam kerja produktif, pola istirahat dan perubahan pola tidur, bahkan lebih luas lagi yaitu aspek desain system kerja dimana terjadi interaksi manusia dengan mesin dan atau alat – alat kerja.
Edukasi ini hanya dibatasi pada aspek ergonomic yang bersifat fisik dan fisiologis, yang obyek empirisnya berupa factor risiko postur janggal, beban, frekuensi dan durasi, dengan menggunakan metode manajemen risiko, untuk mencegah terjadinya gangguan trauma kumulatif pada tulang dan otot rangka (cumulative trauma disorders/ CTDS atau dikenal dengan nama musculoskeletal disorders / MSDS atau repetitive trauma disorders / RTDS ).
Untuk Apa Dilaksanakan Perbaikan Ergonomi ?
Ergonomi dilakukan sebagai upaya pencegahan CTDS akibat factor risiko kerja postur janggal, beban, frekuensi dan durasi yang bersumber dari pekerjaan, seperti nyeri tengkuk, nyeri pinggang bawah atau low back pain, rasa baal pada jari telunjuk, jari tengah dan jarimanis dll serta tujuan lainnya adalah untuk mengendalikan factor risiko kelelahan dan kesalahan. Upaya perbaikan Ergonomi dalam pencegahan CTDS dapat di terapkan untuk
- Perbaikan posisi atau postur kerja statis seperti saat duduk atau berdiri
- Perbaikan posisi kerja dinamik seperti menyangkul, memahat dan mengebor atau gerakan tubuh lainnya seperti kepala, tengkuk, tulang belakang, badan, lengan, tangan, jaritangan, tungkai, kaki dan jari kaki
- Perbaikan tata letak tempat dan peralatankerja dan proses kerja
- Perbaikan kerja metode manual seperti mengangkat, mengangkut, menarik, mendorong, menjinjing beban, atau bekerja halus dengan menggunakan ibujari dan jari telunjuk
Salah satu contohnya, seorang pekerja yang bekerja dibagian administrasi, setiap hari ia bekerja dalam posisi duduk dan mengetik di depan computer. Hal yang perlu di perhatikan agar pekerja tersebut dapat bekerja nyaman dan terhindar dari risiko nyeri tulang belakang, pegal dibagian tengkuk dan leher, atau nyeri pada tangan dan lengan akibat factor risiko ergonomic adalah melakukan perbaikan ergonomic antara lain menyesuaikan kursi kerja (lebar, tinggi, dan sandaran kursi) dengan ukuran tubuhnya, mengatur jarak antara kursi dan meja kerja, letak computer (monitor, CPU, keyboard), serta penempatan dokumen yang akan di ketik oleh pekerja tersebut. Jadi konsep dari perbaikan ergonomic adalah sesuaikan pekerjaan itu dengan pria atau wanita (Fit the Job to the Man or Woman),walaupun dalam praktiknya, kadang –kadang ada pekerjaan yang menuntut kondisifisik pekerja sesuai dengan peralatan atau mesin yang sudah ada contohnya pilot peswat terbang. Pilot harus memiliki tinggi badan minimum agar dapat dengan mudah mengoperasikan panel – panel yang ada di cock pit pesawat terbang
Konsep Dasar Pencegahan Penyakit Melalui Perbaikan Ergonomi
Tujuan dari pencegahan penyakit melalui perbaikan ergonomic adalah untuk memberikan pengenalan mengenai aplikasi ergonomic dalam mencegah CTDS ditempat kerja secara umum. Factor risiko ergonomic yang berkontribusi terhadap terjadinya CTDS terutama adalah factor postur janggal, force atau beban, dan durasi postur statis; selain itu juga dapat ditimbulkan oleh factor vibrasi,kontak bertekanan dan temperature ekstrem.
Factor Risiko Ergonomi Terjadinya CTDS
- Factor postur janggal
Postur janggal adalah sikap atau posisi bagian tubuh yang menyimpang dari posisi netral yang akan meningkatkan beban kerja otot.
Berikut Beberapa contoh Postur Janggal yang Berpotensi Menimbulkan CTDS bila dilakukan lebih dari dua jam per hari:
-
- Bekerja dengan tangan diatas kepala atau siku diatas bahu
- Bekerja dengan leher atau punggung membungkuk > 300 tanpa tahanan atau kemampuan mengubah postur
- Bekerja dalam posisi jongkok, membungkuk atau berlutut.
- Menjinjing beban 1 kg dengan satu tangan tanpa pegangan atau penyanggah, atau 2 kg satu tangan walaupun ada pegangan atau penyanggah
- Menjepit beban lebih dari 5 kg dengan satutan gantan papenyanggah
- Bekerja dengan posisi pergelangan tangan berdeviasi tinggi
- Faktor beban berat
Beban berat menimbulkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot serta kerusakan otot, tendon dan jaringan sekitarnya. Pengerahan tenaga paling berat terjadi saat mengangkat beban berat. Contoh:
- Mengangkat beban lebih dari 35 kg satu kali per hari atau lebih dari 25 kg lebih dari 10 kali per hari
- Obyek yang diangkat beratnya lebih dari 5 kg bila dikerjakan lebih dari dua kali per menit, totalnya lebih dari 2 jam per hari.
- Faktor frekuensi
Frekuensi yang tinggi atau di gerakan yang berulang dengan sedikit variasi, dapat menimbulkan kelelahan dan ketegangan pada otot dan tendon oleh karena kurang istirahat untuk pemulihan penggunaan yang berlebihan pada otot contoh: tingkat kekerapan bekerja dengan postur janggal, misalnya seseorang mengangkat beban lebih dari 5 kg, lebih dari 2 kali per menit dan lebih dari 2 jam per hari; mengetik lebih dari 7 jam per hari
- Faktor Durasi
Durasi kerja yaitu lama waktu bekerja yang dihabiskan pekerja dengan postur janggal, membawa atau mendorong beban, atau melakukan pekerjaan repetitive ( berulang – ulang ) tanpa istirahat.
- Posturstatis
Postur kerja fisik dalam posisi yang sama dan pergerakan yang sangat minimal, akan menimbulkan peningkatan beban otot dan tendon, akibatnya aliran darah pada otot terhalang dan menimbulkan kelelahan, dan rasa nyeri.
- Vibrasi
Vibrasi merupakan energy mekanik yang ditransfer ke tubuh, efek yang ditimbulkan akibat vibrasi tergantung lokasi kontak sebagian atau seluruh tubuh, tingkat vibrasi dan lama kontak. Dalam jangka Panjang progresif mati rasa, kulit berubah warna, penurunan ketangkasan atau kecekatan tangan.
- Kontak dengan penekanan
Kontak dengan permukaan benda di luar tubuh ( biasanya satu bagian kecil tubuh) dapat menghambat aliran darah, menghambat gerakan otot dan tendon, menghambat impuls saraf dapat menimbulkan CTDS, contohnya; menggunakan tangan mengetik dan lebih dari satu kali per menit dan lebih dari dua jam per hari, mengetik lebih dari 7 jam per hari.
- Temperature ekstrem
Temperature ekstrem dingin dapat menghambat aliran darah dari ekstremitas dalam upaya menjaga suhu tubuh, kondisi ini dapat menambah berat kondisi CTDS, selain dapat menurunkan ketangkasan dan sensivitas dari tangan.
Beberapa Contoh Gambar Postur Ganjal